Mahkota Untuk Orangtua

 ๐Ÿ•‹ MAHKOTA UNTUK ORANGTUA ๐Ÿ•‹




Dari Buraidah radhiyallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

ู…ู† ู‚ุฑุฃ ุงู„ู‚ุฑุขู† ูˆุชุนู„َّู… ูˆุนู…ู„ ุจู‡ ุฃُู„ุจุณ ูˆุงู„ุฏุงู‡ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ุชุงุฌุงً ู…ู† ู†ูˆุฑ ุถูˆุคู‡ ู…ุซู„ ุถูˆุก ุงู„ุดู…ุณ ، ูˆูŠูƒุณู‰ ูˆุงู„ุฏุงู‡ ุญู„ุชูŠู† ู„ุง ุชู‚ูˆู… ู„ู‡ู…ุง ุงู„ุฏู†ูŠุง ููŠู‚ูˆู„ุงู† : ุจู… ูƒุณูŠู†ุง ู‡ุฐุง ؟ ููŠู‚ุงู„ : ุจุฃุฎุฐ ูˆู„ุฏูƒู…ุง ุงู„ู‚ุฑุขู†

Siapa yang membaca Alquran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan Alquran.” (HR. Hakim 1/756)

Hadits tersebut mengabarkan kepada kita bahwa seseorang berhak memberikan hadiah kepada kedua orangtuanya berupa mahkota yang bercahaya dan pakaian yang sangat mewah di akhirat kelak.

Syaratnya adalah tiga poin:

1. Membacanya, baik membacanya melalui mushaf atau melalui hafalannya . Baik membacanya dengan lancar atau masih terbata-bata . Adapun menurut Ibnu Hajar, makna qara'a di sini adalah "menghafal dengan kuat di dalam hatinya."

2. Mempelajarinya, termasuk mempelajari Alquran adalah:
๐Ÿ“Œ Mempelajari cara membacanya (yang fardhu adalah Tajwid dan selanjutnya adalah Qiraat bagi yang ingin memperdalamnya),
๐Ÿ“Œ Mempelajari tafsirnya,
๐Ÿ“Œ Mempelajari hukum-hukumnya,
๐Ÿ“Œ Mempelajari Asbaabun Nuzul nya,
๐Ÿ“Œ Mempelajari nasikh-mansukh nya,
๐Ÿ“Œ Mempelajari waqf dan ibtida nya,
๐Ÿ“Œ Mempelajari rasm nya,
๐Ÿ“Œ Mempelajari adab-adab terhadapnya, dan seluruh hal yang berkaitan dengan ulumul quran.

3. Mengamalkannya, termasuk mengamalkan Alquran adalah:
๐Ÿ“Œ Membacanya dengan rutin secara tartil dan khusyu (tadabbur)
๐Ÿ“Œ Berakhlak dengan nilai qurani,
๐Ÿ“Œ Menjadikan Alquran sebagai sumber dari segala sumber hukum, baik hukum yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, atau berbangsa dan bernegara,
๐Ÿ“Œ Mendakwahkannya, dan
๐Ÿ“Œ Berjihad di bawah panjinya.


Jadi, hadits ini tidak khusus berbicara tentang seseorang yang menghafal Alquran 30 juz semata. Namun, lebih dari itu, hadits ini berbicara mengenai orang yang diri dan jiwanya telah terikat dengan Alquran (Ahlul Quran). Dan inilah hakikat Ahlul Quran yang sebenarnya, yakni mereka yang berusaha terus menghafal, mempelajari, dan mengamalkan Alquran. 

Ibnul Qayyim rahiimahullaahu ta'aalaa berkata:

ุฃู‡ู„ ุงู„ู‚ุฑุขู† ู‡ู… ุงู„ุนุงู„ู…ูˆู† ุจู‡، ุงู„ุนุงู…ู„ูˆู† ุจู…ุง ููŠู‡، ูˆุฅู† ู„ู… ูŠุญูุธูˆู‡ ุนู† ุธู‡ุฑ ู‚ู„ุจ، ูˆุฃู…ุง ู…ู† ุญูุธู‡ ูˆู„ู… ูŠูู‡ู…ู‡، ูˆู„ู… ูŠุนู…ู„ ุจู…ุง ููŠู‡، ูู„ูŠุณ ู…ู† ุฃู‡ู„ู‡، ูˆุฅู† ุฃู‚ุงู… ุญุฑูˆูู‡ ุฅู‚ุงู…ุฉ ุงู„ุณู‡ู….

Ahlul Quran adalah mereka yang memahami Alquran dan mengamalkan isinya meski pun belum hafal di hatinya. Adapun yang telah hafal tapi tidak memahaminya dan tidak mengamalkan isinya maka bukan termasuk Ahlul Quran meskipun mampu menegakkan huruf-hurufnya seperti menegakkan anak-anak panah (mampu melafazhkannya dengan fasih dari hafalannya yang kuat).

Wallaahu a'lam.

- Laili Al-Fadhli -
Semoga Allah mengampuninya dan juga keluarganya

Posting Komentar

2 Komentar