Macam-Macam Tingkatan Tempo Dalam Membaca Al-Qurân

Macam-Macam Tingkatan Tempo Dalam Membaca Al-Qurân




FAIDAH MAJELIS TAYSÎR AHKÂM TAJWÎD
(MARÂTIB TILÂWAH) 

Fadhîlatusy Syaikh Yahyâ Al-Ghawtsâniy saat memberikan penjelasan mengenai tingkatan tempo (marâtib) dalam membaca Al-Qurân, maka beliau menguatkan pendapat yang menyatakan bahwa marâtib tersebut terdiri atas tiga tingkatan:

1. Tahqîq (Lambat) 
2. Tadwîr (Sedang) 
3. Hadr (Cepat)

Tiga marâtib di atas harus diiringi dengan sifat tartîl. Ketiganya termasuk ke dalam bacaan yang tartîl apabila dibaca dengan menunaikan hak dan mustahak huruf.

Adapun bacaan yang sangat lambat, lebih lambat dari tahqîq, sehingga mengakibatkan sebagian hak dan mustahak huruf tidak tertunaikan, seperti memanjangkan sebagian huruf berharakat dan membaca madd secara berlebihan, maka bacaan yang demikian disebut tamthîth. Yakni bacaan yang terlarang dan tidak boleh diamalkan.

Kemudian bacaan yang terlalu cepat, dengan kadar yang lebih cepat dari hadr, sehingga membuat sebagian hak dan mustahak huruf terlalaikan maka disebut dengan hadzramah. Ini juga merupakan bacaan yang terlarang.

BACA JUGA : HUKUMAN BAGI ORANG YANG TIDAK MAU SHALAT FARDHU


Syaikh menganalogikan marâtib tersebut dengan sebuah penggaris yang bertuliskan angka dari 1-100. Maka hadr diibaratkan bacaan nomor 1-35,kemudian tadwîr dari 35-70, kemudian 70-100 adalah tahqîq.

Dari analogi tersebut maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa tahqîq pun bertingkat-tingkat, begitupula tadwîr dan hadr. Namun, apa yang ada di atas tahqîq maka disebut tamthîth, dan apa yang ada di bawah hadr maka disebut hadzramah, keduanya merupakan cara membaca yang tidak boleh diamalkan.

Syaikh juga memberikan peringatan mengenai cara membaca yang lain, yang sempat populer pada bulan Ramadhan tahun kemarin, yakni zamzamah. Beliau membedakan zamzamah dengan hadzramah. Apabila hadzramah merupakan cara membaca yang lebih cepat daripada hadr, maka zamzamah merupakan cara membaca yang sirr (pelan) yang hanya terdengar oleh diri sendiri dengan tempo yang sangat cepat. 

Cara membaca zamzamah bukanlah sebuah cara membaca Al-Qurân yang diperdengarkan kepada orang lain (al-adâ). Karena ia hanya bermanfaat bagi diri sendiri. Sehingga apabila ada orang yang memperdengarkan atau memperlihatkan cara membaca zamzamah di depan umum, atau merekamnya, atau menyiarkannya secara live di media sosial, maka hal tersebut bukan merupakan perkara yang baik dan telah keluar dari makna zamzamah itu sendiri.

Kemudian hakikatnya bacaan yang diklaim sebagai zamzamah itu sendiri kebanyakan justru dipraktikkan dengan cara hadzramah, karena dibaca dengan nyaring, sangat cepat, dan sebagian hak dan mustahak huruf juga terabaikan.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga dan melatih lisan kita agar bisa menunaikan hak dan mustahak setiap huruf secara proporsional. 
Bârakallâhu Fîkum.

Wallâhu a'lam.

Posting Komentar

3 Komentar